Sebagai manusia normal, tiap-tiap individu sejak lahir sudah dianugrahi kemampuan akal dan perasaan. Keduanya bekerja setiap jam, setiap hari selama manusia yang bersangkutan masih bernyawa. Dari beberapa penelitian para ahli, akal dan perasaan saling mempengaruhi, ketika akal terlalu banyak beban, maka perasaan akan menjadi kurang enak, begitu juga sebaliknya, ketika perasaan seseorang sedang bermasalah, maka akal menjadi pendek dan sempit.
Salah satu dari sekian banyak produk perasaan adalah rasa marah. Marah memiliki pengertian berarti sangat tidak senang (krn dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, dsb); berang; gusar: aku -- mendengar ucapannya yg kasar itu; bangkit (naik -- , timbul -- ), ki menjadi marah; (kamus bahasa Indonesia). Sedangkan menurut ahli Psikologi Chaplin (1998) dalam dictionary of psychology, menyatakan bahwa marah adalah reaksi emosional akut yang timbul kareana sejumlah situasi yang merangsang, termasuk ancaman, agresi lahiriyah, pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan, atau frustasi dan dicirikan kuat oleh reaksi pada sistem otomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian simpatetik, dan secara emplisit disebabkan oleh reaksi seragam, baik baik yang bersifat somatis atau jasmaniyah maupun yang verbal atau lisan.
Berbagai faktor dapat memicu perasaan marah, baik faktor yg berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan (internal), atau faktor dari luar diri individu yang bersangkutan (eksternal). Marah yang berlebih dan tidak bisa terkontrol biasanya akan muncul dalam perilaku, seperti merusak barang, memukul, dll. Hal tersebut dilakukan untuk melampiaskan energi dari marah. Dari perilaku dan efek yang ditimbulkan, marah lebih menghasilkan hal yang negatif daripada hal yang positif. Beberapa dampak negatif jika individu marah secara berlebihan antara lain :
Bahaya Fisiologi
Amarah dan kekecewaa yang terjadi akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Hal tersebut akan menimbulkan hipertensi, stres, depresi, maag, gangguan pungsi jantung, insomnia kelelahan, bahkan serangan jantung. Bahkan amarah seorang ibu yang sedang menyusui dapat mengakibatkan peracunan yang berbahaya didalam air susunya.
Mardin ( 1990 ) mereka yang memiliki mental lemah harus menyadari bahwa beberpa kekecewaan dapat mengorbankan hidupnya. Mereka mungkin tidak mengetahui, ternyata banyak manusia akibat dari marah yang berlebihan sehingga ia mati karena serangan jantung. Amarah juga bisa menyababkan berkurangnya nafsu makan, serta terganggunya otot dan saraf selam berjam-jam bahkan berhari-hari
Bahaya Psikologis
Secara psikologis amarah dapat membahayakan terhadap manusia kareana akan berimfikasi negatif, amarah juga bisa merusak pola pemikiran menjadi lebih pendek, bahkan dengan marah bisa memutuskan cinta kasih seseorang.
Bahaya Sosial
Watak pemarah akan mengakibatkan terjadinya disharmonis, seperti putusnya jalinan cinta kasih, putusnya persahabatan, kehilangan pekerjaan, terkena hukuman pedana, bahkan dengan permusuhan bisa menimbulkan penganiayaan dan pembunuhan.
Oleh karena banyak efek negatif dari marah dan perilaku yang ditimbulkan karena kemarahan, maka dianjurkan untuk dapat mengontol rasa marah.
Dalam prakteknya jika orang sudah marah maka akan lupa banyak hal, dan sulit sekali untuk mengontrolnya, namun bukan berarti tidak bisa kita kontrol. Pada batasan tertentu tiap-tiap manusia memiliki potensi kontrol yang baik terhadap emosi yang merugikan, bagi yang tidak mampu hal tersebut tentunya dapat dilatih melalui beberapa terapi. Berikut terapi yang mungkin dapat berguna bagi mereka yang memiliki potensi kemarahan berlebih :
Terapi Psikologi
Banyak terapi yang disuguhkan oleh para ahli psikologi yang berkenaan untuk menanggulangi kemarahan yang diantaranya dikemukakan oleh ahli psikosibernetika
Maxwell maltz ( 1980 ) menyarankan tiga langkah untuk mencegah kemarahan
1. Pandanglah cermin lihat wajah sendiri yang sedang marah dan eksperikan bagai mana kelihatanya.
2. Hilangkan energi yang meledak itu dalam suatu aktifitas
3. Menulisnya surat yang keji denga kata-kata kasar sebagaimana layaknya kita marah.
Wayne Dyer ( 1977 ) mengemukakan sejumlah strategi untuk mengatasi kemarahan pada berbagai situasi yang mencakup 18 cara, yaitu;
- Selalu mengingatkan diri bahwa tidak perlu marah.
- Berusaha menunda kemarahan selama 15 detik 30 detik dan seterusnya
- Apabila sedang mengajari anak diperlukan kemarahan yang berpura-pura
- Tidak perlu marah terhadap yang tidak disukai
- Kita harus sadar bahwa orang lain berhak apa yang disukainya, dan kita tak perlu memarahinya
- Selalu meminta orang lain untuk selalu menasihati kita.
- Mempunyai buku catatan kemarahan.
- Mau mengumumkan bahwa anda telah marah.
- Untuk menetrralisir dekatkanlah diri anda dengan yang dicintai
- Apabila setelah tenang bicarakan dengan orang yang anda marahi
- Gemboskan kemarahan anda pada detik pertama kemarahaan anda.
- Anda perlu ingat bahwa 50% orang tidak akan suka terhadap keputusan anda, jadi anda tidak perlu marah
- Mau menceritakan kemarahanya kepada orang lain
- Singkirkan pengharapan-pengaharapan kepada orang lain yang anda miliki
- Ingatkanlah diri anda bahwa anak-anak akan selalu aktif dan berisik jadi tidak perlu marah karena itu.
- Cintailah diri anda sendiri
- Dalam kemacetan lalulintas anda selalu mengecek seberapa lama anda tidak marah.
- Daripada anda menjadi budak emosional lebih baik anda berpikir untuk membuatnya sebagai suatu tantangan untuk merubahnya.
Terapi Relaksasi
Relaksasi Otot
- Relaxation via tension- relakation
- Relaxation via letting go
- Differential relaxation
Relaksasi Kesadaran Indra
Relaksasi Melalui Hipnose, Yoga dan Meditasi
- Mengendorkan urat leher
- Mengendorkan urat lengan
- Memejamkan mata
- Menyibukan diri
- Memeriksa kepalan tangan
- Melatih pernafasan
- Berbicaa dengan tenang
- Berusaha terbuka dengan teman yang amanah
Referensi